Dua Pasang Hati

Minggu, 16 Agustus 2015 - 12:06 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Raut wajah gadis itu berubah sedih lagi, saat mendapati lengan Keenan diamit kencang oleh Feli. Dengan cepat cowok itu berusaha menepis amitan lengan Feli, namun wanita itu enggan melepasnya.

Feli tak sanggup mengeluarkan sepatah kata saat mereka bertemu untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun terpisah. Dari pancaran mata Lara, ibu satu anak itu paham jika Lara belum bisa memaafkannya, ia dengan cepat mengalihkan matanya ke arah lain. ”Ayo, Ra. Kita pergi dari sini,” Echa mengamit lengan Lara, lalu mempercepat langkah mereka.

Tanpa sepengetahuan Lara, kotak jam tangan tak bertuan milik Lara terjatuh tiba-tiba, dan isinya berserakan. Debaran jantung ibu satu anak itu terasa lebih cepat, saat ia menemukan jam tangan pemberiannya berada di tangan Lara. Ia melirik lirih ke wajah Keenan yang nampaknya juga merasa bersalah pada dua wanita yang ada di hidupnya itu.

”Nan...itu...” Kerongkongan Feli tercekat saat tahu jam tangan pemberiannya sudah terpecah belah berkeping-keping. Rantai jam tangan dan buah jam tangannya pun sudah terpisah. ”Ra, Ra! Itu.. jam tangan lo, ketinggalan!” Echa menepuk lengan Lara, membalikkan tubuh gadis itu yang mulai gemetar.

Lara menemukan jam tangan tak bertuan itu rupanya sudah hancur dan mungkin tak bisa dibetulkan kembali. Siaaaaal! Lara mengumpat dalam hati. Tak menyangka hari jalan-jalan yang seharusnya membahagiakan malah mengenaskan seperti ini. Ia pun membungkukkan badannya, kemudian memungut kepingan jam tangan dan rantainya satu per satu dibantu oleh Echa, sementara Keenan dan Feli hanya menatap mereka, membeku saat menyaksikan Lara ketika memungut jam tangan pemberian Feli.

Selesai, Lara dan Echa dengan cepat menjauhkan jangkauan mereka dari dua orang itu. Sesudahnya Echa menghembuskan nafas lega, karena dengan begitu Lara akan jauh lebih tenang. Keenan memutuskan mengantar Feli sampai di apartemennya, menjelang sore hari. Kasihan Tatiana kelihatannya begitu lelah, menemani bundanya jalanjalan.

Sesudah insiden pertemuannya dengan Lara, Feli mendadak bungkam sepanjang jalan. Ia sejujurnya tak mengerti apa penyebab wanita itu jadi diam mendadak, mungkin saja... ia merasa tidak dihargai, karena pemberiannya hancur dan rusak. ”Fel, aku minta maaf. Jam tangan dari kamu...” ”Masalah itu kamu nggak perlu minta maaf, Nan.

Aku cuma perlu kamu jujur, seperti yang kamu bilang di TV waktu itu.” Alis pria itu bertaut, ”Jujur? Soal apa, Fel?” Dalam heningnya, Feli sesunggunnya menyelidiki apa yang terjadi antara kawan lama dan mantan kekasihnya itu. Meski sampai kapanpun Keenan tak akan buka suara mengenai perasaannya, Feli sangat paham dengan gelagat kaku dan raut wajah murung yang sejak tadi tersirat pada muka Keenan.

Perempuan itu tersenyum, ”Keenan...Keenan... kamu itu dari dulu nggak pernah berubah ya? Selalu nutup-nutupin perasaan kamu sendiri. Untuk apa sih, Nan? Kamu itu udah tiga puluh tahun, sampe sekarang masih gini-gini aja.” ”Gini-gini gimana?” ucap Keenan sedikit protes. Perempuan itu lagi-lagi mengurai senyumnya sambil menggeleng heran, ”Ternyata bener ya, jodoh itu nggak kemana. Seberapa jauh kamu berlari dari dia, kamu akan ketemu juga.”

”Apa sih kamu, Fel? Kenapa jadi sok tua gitu ngomongnya, hahaha...” Keenan tertawa mendengar ucapan Feli. Tatapan Feli mendadak serius pada Keenan, ”Kamu cinta kan sama Lara?” Dan sayangnya pertanyaan yang sukses menohok hati Keenan itu, tak terjawab oleh pria tampan itu.

Apartemen Feli sudah berada di depan mata, itu artinya mereka harus berpisah. ”Nan, mau mampir dulu?” tawar Feli, sambil menggendong Tatiana di dekapannya. ”Hmm...” Cowok itu mempertimbangkan ajakan Feli. ”Ada yang mau aku ceritain ke kamu, Nan,” kata Feli lagi, mengajak cowok itu masuk ke apartemennya. Keenan tak punya pilihan lain, entah mengapa hatinya tak sanggup menolak ajakan perempuan itu, pesona cantiknya masih tetap menyihir Keenan. (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0891 seconds (0.1#10.140)